Dr. Ir. Widodo Pudji Muljanto, MT., Ketua Pengawas PLTS 500 KWp/0,5 MWp ITN Malang. (Foto: Yanuar/humas)
itnmalangnews.id – Keinginan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang untuk memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebentar lagi tercapai. Ini sesuai dengan keinginan Kampus Biru untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.
Baca juga: www.itn.ac.id
Sebagai Langkah awal dari pembangunan PLTS pada Jumat, (25/6/2021) kemarin diadakan commissioning (pengujian) PLTS sekitar pukul 09.00 -10.00 WIB. Yang diawasi langsung oleh Dr. Ir. Widodo Pudji Muljanto, MT., Ketua Pengawas PLTS ITN Malang.
Hasil pengujian PLTS saat first trial mampu menghasilkan daya listrik lebih dari 200 kilowatt peak (KWp), keluaran 3 dari 4 unit inverter yang ada.
“Dari First Running Test akan dilihat performanya. Kemudian, akan diketahui ukuran efisiensi dari pembangkit (PLTS) yang akan dijadikan bahan evaluasi,” kata Widodo saat di temui di lokasi PLTS di Kampus 2 ITN Malang.
PLTS ITN Malang dibangun di atas lahan seluas setengah hektar, dengan 1.114 panel surya di atasnya. Ditargetkan dapat menghasilkan 500 KWp/0,5 MWp. Dan akan menjadi PLTS skala kampus terbesar di Jawa dan nomor dua di Indonesia setelah ITERA (Institut Teknologi Sumatera). Rencananya bila tidak ada aral melintang PLTS hasil kolaborasi ITN Malang dengan PT Wijaya Karya (WIKA) Persero, dan PT Surya Utama Nuansa (Sun Energy) ini ditargetkan bisa tuntas dan diresmikan pada akhir Juli 2021 mendatang.
Pembangunan PLTS terlihat sudah mendekati 100 persen. Menurut Widodo saat pengujian PLTS idealnya sisa 10 persen pembangunan dengan pengerjaan touch up / minor. Sedangkan bagian mayor sudah rampung. Pengujian ini dilakukan sebelum ditinjau oleh pemerintah untuk mendapat ijin operasi.
Tim pengembangan PLTS ITN Malang, ki-ka: Kukuh Prasetyo, Umi Umaroh, Tri Nugroho, dan Kepala Humas ITN Malang, F.X. Ariwibisono, ST., M.Kom. (Foto: Yanuar/humas)
“Nantinya, untuk sementara hasil PLTS ITN diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di kampus dua dan rusunawa yang ada di lingkungan kampus,” ujar Widodo. Diharapkan dengan adanya pembangkit listrik ini kebutuhan akan listrik di siang hari bisa tercover. Serta mengurangi kebutuhan listrik dari PLN.
Pada siang hari saat cuaca mendung atau hujan, PLTS masih bisa memproduksi listrik dengan skala kecil. Namun, jika kebutuhan tenaga listrik tinggi, maka kampus dapat mengambil kebutuhan listrik dari PLN. Dan sebaliknya, jika PLTS produksi listrik tinggi melebihi kebutuhan kampus, maka kelebihan daya listrik tersebut akan diekspor ke PLN. Nanti sistem yang diterapkan dengan PLN adalah sistem barter.
Sementara itu Site Manager, Umi Umaroh, dan Project Manager, Tri Nugroho, saat disinggung urusan perijinan mereka berdua mengaku semua proses perijinan sudah dilakukan termasuk izin ke PLN.
“Perijinan ke PLN sudah kami urus. Jadi, setelah sistemnya sudah terpasang semua, nanti PLN akan langsung mengecek dan menganalisis. Setelah itu, kalau dirasa semua sudah sesuai, maka izinnya akan keluar,” tandasnya. (me/Humas ITN Malang)