
itnmalangnews.id – Hiruk pikuk perkotaan sering membuat masyarakat mewajarkan kebisingan. Bahkan, kebisingan tidak cuma di pusat kota. Yudi, mahasiswa Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang meneliti kebisingan di depan sekolah-sekolah depan Jalan Veteran Kota Malang, antara lain Universitas Negeri Malang, SMA 8 Malang, dan SMK 2 Malang.
Baca juga: www.itn.ac.id
“Kebisingan tidak bisa diremehkan karena termasuk polusi suara. Selain mengganggu komunikasi, kebisingan dapat menganggu pendengaran pula. Batas kebisingan lingkungan sekolah dari Peraturan Daerah sebesar 55 desibel. Hasil yang saya dapat di atas 60 desibel semua, yang paling tinggi mencapai 82,2 desibel. Teman saya mengecek di lingkungan dalam sekolah, hasilnya juga masih kisaran 60 desibel,” jelas Yudi ketika diwawancara itnmalangnews.id.
Pada tiga lokasi tersebut, Yudi mengambil empat sampel waktu. Pukul delapan pagi mewakili pukul enam sampai sembilan pagi. Pukul sepuluh pagi mewakili pukul sepuluh sampai sebelas siang. Pukul empat sore mewakili pukul tiga sampai lima sore, yang mana memperoleh kebisingan tertinggi. Pukul delapan malam mewakili pukul enam sore sampai sepuluh malam.
Kebisingan diukur dengan soundlevel meter. Prosedurnya mengacu pada teknis dari Kementerian Lingkungan Hidup. Alat dihidupkan dan di-timer sepuluh menit, dibaca lima detik, hingga didapat 120 data tiap pengukuran.
Menanggapi data yang diperoleh, mahasiswa asal Kalimantan Tengah tersebut memberikan rekomendasi. Ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk menghambat kebisingan, baik yang preventif maupun kuratif. “Kebisingan dapat diredam dengan menanam pohon di sekitar sekitar sekolah atau tanaman hias di dinding. Supaya lebih efektif, pemerintah perlu memberi regulasi yang tegas tentang kebisingan dan ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari,” saran Yudi. (ata)