Tim Mythical Gods PKM-K Teknik Informatika S-1 ITN Malang memperlihatkan hasil karyanya. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Pakaian merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Saat ini perkembangan pakaian tidak lagi hanya sekadar penutup atau pelindung badan, namun sudah menjadi fashion. Fashion sendiri merupakan gaya busana yang populer, mencerminkan karakter si pemakai.
Salah satu pakaian yang banyak diminati masyarakat adalah kaos oblong atau biasa disebut T-shirt. Merupakan jenis pakaian yang tidak memiliki kancing, kerah ataupun saku. Kaos umumnya berbahan katun atau polyester (atau gabungan keduanya).
Pangsa pasar inilah yang dilirik oleh empat mahasiswa Teknik Informatika S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Mereka adalah Miftakhussurur Al Maliki (2021), Yonanda Haryono (2021), Marie Pangestu (2021), Yoenyeta Aura Yasmine (2022). Dibimbing oleh dosen Nurlaily Vendyansyah, S.T., M.T., mereka membuat UMKM dengan produk kaos oblong lewat Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K), pendanaan tahun 2023.
Baca juga: Tim Teknik Informatika ITN Malang Raih The Best Attacker Divisi Keamanan Siber
“Kami ingin menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada anak muda dengan membuat UMKM. Nah, produk yang paling laris menurut kami adalah kaos oblong. Karena pakaian ini hampir digunakan oleh semua orang, dan semua kalangan,” kata Miftakhussurur Al Maliki selaku ketua tim PKM K.
Desain kaos oblong yang mereka buat pun sangat unik dan berkarakter. Yakni mengangkat “Mythical Gods” Produksi Kaos Mitos Dewa dari Berbagai Suku di Seluruh Dunia. Harapannya desain kaos yang ditawarkan bisa memberikan informasi bagi kaum muda agar lebih mengenal sejarah yang begitu beragam di dunia.
Seperti namanya Mythical Gods yang berarti dewa-dewa dari mitologi. Keunikan produk mahasiswa ITN Malang ini tidak dimiliki oleh produk lain. Desain disetiap kaosnya memiliki cerita. Mulai dari cerita mitologi Mesir, Indonesia, dan mitologi lainnya. Ada dua desain yang mereka rilis, dengan menampilkan dua karakter Re Atum sebagai mitologi dewa Mesir Kuno, dan Nyi Roro Kidul legenda yang sangat populer pada masyarakat di Pulau Jawa.
“Keunikan lainnya desain dari produk kami dapat di scan melalui aplikasi mobile yang kami bangun dengan menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). Saat ini aplikasi ini sedang dalam proses upload ke playstore. Melalui aplikasi yang kami beri nama “MYTHICAL GODS” akan tampil desain kaos dalam bentuk 3D yang menampilkan cerita dari dewa yang sesuai dengan desain kaos tersebut,” jelas Mifta. Keunikan inilah yang merupakan inovasi baru kami.
Keunggulan lain dari kaos yang mereka buat adalah memiliki bahan yang lembut dan nyaman di badan, bahan sangat dingin dan tidak panas ketika
digunakan, terbuat dari 100% cotton, tinta plastisol dan warna sablon yang digunakan sangat baik dan berkualitas, hasil sablon tidak luntur, tidak pudar, dan tidak mudah pecah sehingga desain sablon akan bertahan lama dan awet.
“Produk dan kemasan yang kami gunakan juga inovatif. Kami mengemas tiap item di dalam box sehingga memberi kesan tidak murahan. Kaos ini juga mampu menyentuh konsumen dari segi budaya. Kami yakin belum ada desain seperti ini,” bebernya.
Sementara Marie Pangestu menambahkan, kaos “Mythical Gods” dengan teknik sablon ini dibandrol dengan harga 115 ribu per pcs. Harga ini sangat bersaing di pasaran. Untuk menjangkau pasar mereka pun memanfaatkan digitalisasi dalam promosi dan pemasaran.
Baca juga: Open House Kenalkan Karya Mahasiswa, Mulai Olahan Minyak Atsiri Hingga Makanan
“Sekarangkan eranya digital. Maka kami menjualnya melalui marketplace Shopee. Serta promosi melalui media sosial Instagram, Tiktok, dan WhatsApp. Alhamdulillah hingga saat ini di marketplace sudah laku terjual,” kata Marie Pangestu.
Untuk produksi kaos Tim PKM K bekerja sama dengan salah satu vendor dari Daerah Sleman, Yogyakarta. Meskipun berada di luar Kota Malang vendor tersebut mampu memproduksi kaos sesuai spesifikasi yang mereka inginkan, dengan harga yang kompetitif.
Yonanda Haryono juga menambahkan, proses produksi yang dilakukan di kota yang berbeda agak menyulitkan tim dalam memantau perkembangan produksi kaos. Sedangkan proses pembuatan aplikasinya membutuhkan spesifikasi laptop yang cukup memadai karena memanfaatkan teknologi AR (Augmented Reality).
“Tapi sejauh ini masih bisa kami tangani (produksi). Kedepannya produk ini semoga bisa terus berkembang dengan inovasi-inovasi baru dengan lebih banyak cerita dewa yang diangkat. Semoga produk kami bisa bertahan di pasaran, dan makin berkembang,” harapnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)