Ir Luki Widodo alumnus Teknik Pengairan S-1 ITN Malang (sekarang melebur ke dalam Teknik Sipil S-1) saat berkunjung ke Humas ITN Malang. (Foto: Ari/humas)
itnmalangnews.id – Ketika lulus dari perguruan tinggi tidak cukup sekadar bermodal ijazah saja, melainkan juga membutuhkan pengalaman di lapangan. Itulah sepenggal pesan yang disampaikan Ir Luki Widodo alumnus Teknik Pengairan S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang (sekarang melebur ke dalam Teknik Sipil S-1).
Baca juga: www.itn.ac.id
“Kalau lulus kuliah jangan hanya bawa ijazah saja, tapi juga pengalaman lapang. Pada saat kita punya ilmu sedikit tapi kalau (terjun) di lapangan harus konsisten (belajar). Ilmu bisa didapat dari mana saja, kalau belum faham, ya bertanya,” pesan Luki ketika mengunjungi kantor Humas ITN Malang, Kamis (21/01/2021).
Alumnus angkatan 1985 ini mengingatkan, mahasiswa semester akhir hendaknya mulai magang di perusahaan atau konsultan. Dengan begitu bidang keteknikannya kian terasah. “Perusahan yang dilihat dari kita adalah kapabilitasnya. Semakin banyak keahlian yang dimiliki, maka semakin banyak yang akan menginginkan,” ucapnya.
Baca juga: Skripsi Berkali-kali Ditolak Oleh Dosen, Ini Kisah Sukses Alumni ITN Malang di Dunia Internasional
Menurut Luki, satu metode pembelajaran di ITN Malang yang bagus dan tidak dilupakan adalah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan para dosen. Metode ini seyogyanya dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi dari sebelumnya. Misalnya, mahasiswa dilibatkan dalam proyek kerjasama dosen dengan pihak luar. Dengan begitu ilmu yang didapat mahasiswa di bangku kuliah akan terasah.
“Ilmu pengetahuan bisa didapat di (bangku) kuliah, tapi praktiknya harus di lapangan. Dengan dosen melibatkan mahasiswa maka ilmunya tidak akan (lekas) hilang,” kata Luki.
Diceritakan Luki, dulu saat ia kuliah ada namanya Pendidikan Latih Kerja Kemah Mahasiswa kalau sekarang KKM (Kemah Kerja Mahasiswa). Kala itu Luki Bersama teman-temannya diajak ke suatu wilayah yang kekurangan air. Hanya ada satu mata air, itupun lokasinya jauh di sisi sebuah gunung. Mereka diminta untuk memikirkan bagaimana caranya wilayah tersebut bisa teraliri air.
“Kami waktu itu disuruh berfikir bagaimana caranya wilayah tersebut teraliri air. Maka, kami melibatkan teman dari Teknik Geodesi, karena mereka yang paham pemetaan. Untuk awal kami perkenalkan seluk beluk bidang pengairan seperti apa. Kemudian bersama-sama kami berkolaborasi memecahkan masalah,” ceritanya.
Baca juga: Komitmen Konservasi, ITN Malang dan Yayasan Pusaka Fasilitasi Para Stakeholder
Sensitivitas pemecahan masalah dari mahasiswa ITN Malang kala itu juga tidak terlepas dari metode perkuliahan. Di jurusan Teknik Pengairan sering mendatangkan tenaga pengajar dari Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Bahkan mahasiswa sering diajak mengunjungi balai.
Bercerita lebih lanjut, menurut Luki Indonesia kekurangan banyak engineer. Ini terlihat di wilayah pemerintahan khususnya di daerah, dimana banyak posisi-posisi strategis dijabat bukan sesuai bidang keahliannya. Misalnya, di daerah yang namanya Kepala Dinas PUPR seharusnya dijabat lulusan dari Teknik Sipil, PLN dijabat lulusan dari elektro, atau PUPR dari PWK.
“Nah, kenyataannya di lapangan bidang-bidang tersebut dipegang oleh orang yang bukan bidangnya. Meskipun secara managerial mereka mampu. Tapi, pola pikir awal mestinya ke sana (jabatan sesuai bidangnya),” katanya.
Owner PT Bina Infratama Konsultan Serpong Tangerang Selatan ini juga menceriterakan kiprahnya dalam dunia pengairan. Sebelum mendirikan konsultan infrastruktur engineering, spesialis struktur utilitas pengembangan kawasan Tangerang Selatan, Luki pernah berkiprah di beberapa perusahaan. Antara lain: Adi Cipta Persada Consultant, PT Arkonin (perancangan arsitektur, kontruksi dan instalasi), PT Lippo Karawaci, Bukit Semarang Baru (BSB), serta Jaya Property (10 tahun), dll.
“Akhirnya saya memutuskan membangun perusahaan sendiri. Dengan perusahaan sendiri banyak kegiatan yang bisa saya lakukan. Apalagi untuk perencanaan saya harus benar-benar turun ke lapangan, jadi lebih leluasa,” terangnya yang juga pendiri PT Bina Riski Pratama yang bergerak dalam bidang kontraktor
Meski PT Bina Infratama Konsultan baru dirintis pada tahun 2014, namun sudah banyak proyek yang telah dikerjakan. Salah satunya adalah pemindahan alur sungai di kawasan industri Suryacipta Karawang Timur Jawa Barat. Waktu itu PT Astra Daihatsu Motor berniat membangun pabrik baru di kawasan industri Suryacipta seluas 126 H. Namun terkendala adanya sungai di pinggir batas properti.
“Di pinggir batas propertinya ada sungai kecil, dengan kemiringan sangat ekstrim, terjal. Pada saat hujan meski debit airnya tidak kontinyu tapi menggerus di sisi kanan-kiri sepanjang sungai yang membuat pagar pembatas miring. Nah, investor kan tidak mau membeli tanah dengan batas properti berpotensi roboh. Jadilah kami diminta membuat rencana solusi,” bebernya.
Ir Luki Widodo alumnus ITN Malang, owner PT Bina Infratama Konsultan Serpong Tangerang Selatan. (Foto: Yanuar/humas)
Karena bukan kali pertama PT Bina Infratama Konsultan memindahkan sungai, maka kajianpun dilakukan. Dari hasil kajian solusi satu-satunya adalah memindahkan alur sungai sepanjang 2,5 km tersebut. Apalagi lokasi pemindahan kanan kirinya masih dalam satu wilayah pengembangan properti yang sama.
“Saya satu tahun sebelumnya juga punya pengalaman memindahkan sungai. Setelah dilihat hasil kajiannya rekomendasi kemiringan di sini 1 vertikal, 3,5 horisontal pasti aman. Kalau 1 dibanding 1 pasti longsor. Maka, solusinya sungai harus dipindah. Saya sampaikan argumentasi saya di balai besar sungai (Balai Besar Wilayah Sungai Citarum) Bandung dan disetujui (untuk dipindahkan). Ini pengalaman menarik buat kami,” ceritanya, yang juga baru menyelesaikan pengendalian banjir di kawasan industri Pulogadung.
Meskipun saat ini Teknik Pengairan di ITN Malang sudah melebur menjadi Teknik Sipil, namun keilmuwan yang di dapat oleh Luki tetap terpakai dan dibutuhkan sampai sekarang. Di akhir kunjungannya, Luki sekali lagi berpesan kepada mahasiswa agar mencintai pekerjaan.
“Kalau kita tidak mencintai bidang usaha kita, pasti akan bubar. Jadi cintailah bidang yang kita geluti. Pekerjaan apa aja bisa kita handle, karena di dalam pekerjaan sejatinya ada ilmu baru yang bisa kita pelajari. Dan satu lagi, kalau mengerjakan proyek dapatkanlah secara profesional, tanpa sogok menyogok. Jebolan ITN yang saya ketahui selama ini mahasiswanya ulet (gigih),” pungkasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)
Thanks, Elyse Sirmans for itnmalangnews.id