itnmalangnews.id – Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Drs. Samsul Widodo, MA menyatakan, banyak yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam implementasi Program Kampus Merdeka. Meskipun Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digulirkan pemerintah bagi sebagian kalangan terasa merepotkan. Disinilah peran kampus dan dosen pembimbing yang faham sangat dibutuhkan.
Paparan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa PDTT, Drs. Samsul Widodo, MA (foto: paling bawah): Setiap mahasiswa bisa membuat pilihan yang berbeda-beda dalam implementasi tiga semester di dalam Kampus Merdeka. (Foto: Tangkapan layar Zoom Meeting Kuliah Tamu Prodi PWK ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
“Mungkin sebagian (kalangan) merasakan dibikin repot (dengan Kampus Merdeka, Red). Mahasisa akan kesulitan untuk membuat program menjadi konkrit. Sebenarnya tidak seperti itu, makanya peran dosen menjadi penting. Pembimbingnya harus paham!” tegas Samsul Widodo saat menjadi narasumber Kuliah Tamu Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, yang dilaksanakan secara daring, Kamis (12/11/2020).
Dikatakan Samsul, Mahasiswa secara teori menempuh 8 semester hingga lulus. Dengan adanya kebijakan Kampus Merdeka, maka 5 semester akan dilakukan di dalam kampus (prodi) dan sisanya 3 semester merupakan hak mahasiswa. Semua universitas harus memberikan hak tersebut kepada mahasiswa.
“Silahkan mau diambil atau tidak (hak 3 semester, Red). 1 semester nilai 20 kredit. Misalnya, semester 1 magang di startup (perusahaan rintisan). Semester berikutnya kalau ingin mengajar juga bisa, misal di daerah Sulawesi dan lainnya,” terangnya.
Bahkan menurut Samsul, mahasiswa juga diperbolehkan membantu riset dosen atau mahasiswa S-2/S-3 untuk pengembangan wilayah desa dan daerah tertinggal. Ikut pertukaran pelajar atau magang di bank untuk mengetahui bagaimana bank dalam melayani consumer.
“Kami ingin mahasiswa ketika lulus mempunyai kemampuan siap bekerja. Jangan sampai ketika lulus kesulitan dalam bekerja,” pungkas alumnus master Bidang Pembangunan Masyarakat, La Trobe University Melbourne Australia ini.
Mengambil tema “Peran Mahasiswa dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka dalam Membangun Desa dan Daerah Tertinggal” Prodi PWK berupaya menyampaikan informasi kepada mahasiswa akan pentingnya terjun langsung ke desa. Saat ini PWK ITN Malang sedang giat-giatnya mereview kurikulum Kampus Merdeka. Kepala Program Studi PWK, Dr. Agung Witjaksono, ST, MT mengatakan, di dalam Program Kampus Merdeka mahasiswa diberi kesempatan mengikuti kegiatan di luar kampus selama 1-2 semester.
“Ini penting sekali. Kami bisa menjalin kerjasama dengan desa-desa di sekitar kampus, sehinga mahasiswa bisa terlibat langsung dalam pembangunan desa. Apalagi di PWK ada mata kuliah Proses Perencanaan Pedesaan dimana mahasiswa wajib tinggal di desa. Mahasiswa bisa terlibat dalam pembuatan peta desa, identifikasi masalah, berpartisipasi menyusun program pembangunan desa dan lain sebagainya,” kata Agung dalam sambutannya. (me/Humas ITN Malang)