itnmalangnews.id – Perang yang berbahaya dalam konteks modern, bukanlah yang menghunus senjata. Melainkan perang pengaruh, perang antar peradaban, pertikaian antar tradisi dan ideologi dunia. Itulah yang disebut proxi war. Dan Indonesia saat ini sedang dalam keadaan tersebut. Demikian ulasan Kapten. Kav. Wartoyo, komandan kodim 0833 Kota Malang dalam acara PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Wartoyo mengatakan bahwa perang proxi war ini tampak jelas sejak Timur Lesta melepaskan diri dari Indonesia. Pelepasan negara beribu kota di Dilli tersebut, imbuhnya, bukan kehendak masyarakat disana melainkan ada kepentingan asing yang kemudian menggerakkan orang-orangnya di sana. “Yang maju ke muka memang Ramos Horta, tetapi yang punya kepentingan dibalik itu adalah Australia dan Amerika. Negara-negara kapitalis ini ingin menciptakan peluang untuk menguasai kekayaan alam Indonesia dari wilayah timur,” lanjut pria asli Mojokerto tersebut.
Selain tanda-tanda tersebut, yang tak kalah dahsyatnya adalah serangan lewat kebudayaan, tradisi, dan trend gaya hidup. Sehingga dengan cara ini masyarakat Indonesia khususnya para pemuda mengalami ketergantungan terhadap gaya hidup impor, akhirnya membuat mereka menjadi konsumtif. “Kapitalis-kapitalis itu membuat kita konsumtif, agar terus membeli produk-produknya,” katanya.
Untuk itu, menurut Wartoyo, sikap nasionalisme kaum muda harus ditingkatkan. Cinta terhadap tanah air harus terus dipupuk agar kehidupan berbangsa tetap utuh. Apalagi sejauh ini berbagai macam ideologi masuk ke Indonesia, mulai radikalisasi agama hingga yang berbau imperialisme. “Yang paling berbahaya adalah terorisme, yang kadang membuat kita tidak sadar menganut ajarannya. Karena itu kita harus berpegang teguh pada pancasila,” tutupnya. (her)