itnmalangnews.id – Pemerintah Indonesia saat ini tengah gencar membangun infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. Keseriusan ini membuat Indonesia berada di peringkat ke empat Asia untuk pasar infrastruktur. Dan hingga kini sudah ribuan triliun rupiah dana dikucurkan untuk suksesinya. “Indonesia di peringkat keempat pembangunan infrastruktur setelah Cina, India, dan Jepang, dan tahun ini pemerintah menganggarkan 5.500 triliun rupaih untuk infrastruktur,” terang Cakra Nagara, ST, MT, ME Kepala Balai PTK (Penerapan Teknologi Kosntruksi) Kementerian PUPR, saat diwawancarai di acara sosialisasi SIBIMA Konstruksi di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Kamis (1/2).
Karena itulah, lanjut Cakra, Indonesia membutuhkan banyak sekali tenaga ahli. Tak tanggung-tanggung bisa mencapai 50 ribu orang setiap tahunnya. Dari sini kementerian PU melihat betapa pentingnya membina calon-calon tenaga ahli untuk pembangunan tersebut. Maka dilakukanlah sosialisasi SIBIMA Konstruksi (Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri Bidang Kosntruksi) di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan seluruh asosiasi profesi Indonesia. “Perguruan tinggi adalah sumber dari tenaga ahli, kita perlu dekatkan mereka dengan industri. Sosialisasi ini diharapkan begitu,” kata dia.
Dengan sosialisasi ini, dapat meningkatkan kompetensi para insinyur di Indonesia sesuai dengan kebutuhan industri. Menurut Cakra, saat ini tak sedikit para insinyur yang masih bingung setelah lulus kuliah mau kerja apa, lantaran tak memiliki kompetensi saat masuk dalam industri. Makanya wajar jika banyak insinyur yang beralih profesi. “Setelah lulus mereka bengong, masuk industri ditolak, akhirnya ganti profesi. Nah dengan pembelajaran jarak jauh secara online ini mereka dapat memantapkan kompetensinya,” tuturnya.
Setelah SIBIMA Konstruksi dibuka pada 2016 lalu, lanjut Cakra, peminatnya semakin banyak. Awalnya hanya 1.700 orang, lalu pada tahun 2017 sudah mencapai 14.000 orang. Dari sejumlah peserta tersebut saat mengikuti tes lulus sebanyak 65 persen.
Pelatihan distance learning, pemerintah memiliki anggaran untuk pelatihan, tetapi tidak maksimal. Makanya, dengan SIBIMA Konstruksi ini mereka dapat belajar secara jarak jauh. Tahun 2016 hanya ada ikut pelatihan hanya 1.700 orang, di tahun 2017 sudah mencapai 14.000 orang. Ini pelatihan murni untuk ngetes orang. Dari jumlah itu rata-rata kelulusan 65 persen atau 9.100 orang. Setelah lulus dia akan dapat sertifikat pelatihan jarak jauh. Sertifikat ini bisa digunakan untuk ikut tes LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Kosntruksi) tanpa harus memiliki pengalaman kerja satu tahun. “Dengan pelatihan jarak jauh ini, tidak perlu lagi pengalaman satu tahun saat tes sertfikasi di LPJK, karena sudah disetarakan dengan satu tahun,” papar Cakra. (her)