itnmalangnews.id – Sejak pukul 07.30 WIB, lapangan rektorat Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang dipenuhi barisan para dosen dan staf yang mengenakan pakaian tradisional. Mereka tengah melaksanakan upacara bulanan. Kegiatan ini mendukung keberadaan Forum Komunikasi Kebangsaan ‘Pelangi Nasional’ ITN Malang. Salah satu bidang di Pelangi Nasional adalah kecintaan pada nusantara.
Baca juga: www.itn.ac.id
“Kami menggelar upacara rutin tanggal 17 dengan membawa semangat 17 Agustus. Upacara pada bulan Februari memang baru untuk dosen dan staf, tapi ke depannya kami hendak mengajak mahasiswa juga. Mulai hari ini akan kami sosialisasikan,” tutur Rektor ITN Malang, Dr. Ir. Kustamar, MT, Senin (17/02/2020).
Kustamar memandang upacara dengan pakaian tradisional penting sebab dapat meningkatkan nasionalisme setiap sivitas akademika. Rasa nasionalisme tersebut menjadi modal besar di tengah maraknya paham dan kasus yang memecah kerukunan anak bangsa.
“Ada generasi muda yang menganggap perbedaan mengalahkan segalanya. Kami ingin perbedaan disikapi secara positif sebab bangsa kita penuh keragaman. Ditambah lagi, mahasiswa ITN Malang berasal dari berbagai daerah sehingga perlu pendidikan karakter serta kesadaran bahwa semuanya harus rukun dan bahu membahu menjaga NKRI,” jelas Kustamar lebih lanjut.
Bukan hanya untuk upacara, ke depannya semua sivitas akademika wajib mengenakan pakaian tradisional setiap tanggal 17, termasuk mahasiswa. Dosen dan karyawan yang tidak mengenakan pakaian tradisional akan dilakukan pendekatan dan diajak bicara oleh pejabat struktural. Sementara itu, untuk mahasiswa tidak akan dilayani dalam hal administrasi pada tanggal 17, besoknya baru akan dilayani.
Baca juga: ITN Malang Miniatur Nusantara, Peserta PKKMB Wajib Pakai Pakaian Adat
Baca juga: Perkuat Kerukunan, ITN Malang dan Polres Kota Malang Jalin MoU
Peserta upacara, Dr. Ellysa Nursanti, ST, MT, mengutarakan kebanggaannya mengikuti upacara dengan memakai pakaian tradisional. Dekan Fakultas Teknologi Industri ini memilih untuk mengawali upacara rutin mengenakan pakaian adat Papua. “Saya merasa bangga dan senang dengan program ini. Papua kan daerah paling ujung. Saya ingin memulai dari yang paling timur, lalu di bulan-bulan selanjutnya bergeser ke barat,” ujar Ellysa. (ata)