Ghoustanjiwani Adi Putra, ST. MT., tim Kedaireka Arsitektur ITN Malang memandu jalannya FGD desain participatory gapura di Bungdes Barokah, Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Rabu (08/9/2021). (Foto: Mita/humas)
itnmalangnews.id – Matching Fund Kedaireka Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menggelar FGD (Focus Group Discussion) desain participatory gapura di Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Diusung oleh Prodi Teknik Kimia S-1 dan Arsitektur S-1, Kedaireka bermitra dengan Bumdes Barokah Desa Sumberejo. Kegiatan FGD dipandu oleh tim Arsitektur ITN Malang untuk menentukan titik berdirinya gerbang masuk ke lokasi eduwisata Desa Sumberejo.
Baca juga: www.itn.ac.id
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Nanik Astuti Rahman, ST., MT, menjelaskan, dengan adanya forum diskusi (FGD) masyarakat bisa berperan serta merancang desain gapura dan mengaplikasikan potensi desa untuk eduwisata ekologi di Desa Sumberejo.
“FGD ini menggabungkan ide dari masyarakat dan tim Kedaireka Arsitek. Rencananya akan ada beberapa kali FGD untuk pelaksanaan desain eduwisata,” ujarnya, saat ditemui di lokasi kegiatan di Bumdes Barokah, Desa Sumberejo, Rabu sore (08/9/2021).
Baca juga: Rektor ITN Malang Buka Workshop dan FGD Kedaireka di Desa Sumberejo, Kota Batu
FGD desain participatory diikuti oleh anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Gapoktan, PKK, dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) serta melibatkan warga masyarakat Desa Sumberejo. Sebelum FGD dimulai partisipan diberi angket/kuesioner yang berisi pertanyaan dan polling yang memuat pilihan desain gerbang mulai dari bentuk, model tulisan, warna tulisan, komposisi tulisan serta jenis sayuran yang cocok untuk vertical farming dan landscape.
Ghoustanjiwani Adi Putra, ST. MT., tim Kedaireka ITN Malang memandu sekaligus menjawab pertanyaan dari partisipan. Menurut Ghoustan, Desa Sumberejo sebenarnya sudah mempunyai gerbang masuk. Maka, dalam program Kedaireka ITN Malang menawarkan desain baru yang lebih menonjolkan potensi desa dengan menambahkan teknologi tepat guna.
Warga Desa Sumberejo terlihat sedang memperhatikan desain vertical farming yang diusulkan oleh tim Kedaireka ITN Malang. (Foto: Mita/humas)
“FGD ini untuk menentukan titik gerbangnya. Sebenarnya bangunan gerbang sudah ada, tapi landscape-nya (taman) masih belum ada. Kami di Kedaireka menawarkan desain baru dengan menambah teknologi tepat guna seperti vertical farming atau vertical garden dengan penyiraman otomatis, dan ditambah pelaksanaan eduwisata,” jelas Ghoustan usai kegiatan FGD.
Disinilah fungsi FGD untuk menentukan tanaman sayur apa yang cocok ditanam dalam konsep vertical farming atau vertical garden. Sekaligus menentukan tanaman untuk landscape. Ada beberapa jenis tanaman sayuran yang diajukan oleh Kedaireka, yaitu tomat, seledri, brokoli, andewi dan beberapa sayuran lain. Sayuran ini dipilih berdasarkan potensi desa yang ada di Desa Sumberejo.
Baca juga: Berangkat ke Panggungrejo, Tim PHP2D Teknik Kimia ITN Malang Siap Pemberdayaan Masyarakat
“Kedaireka menambahkan vertical garden dan penataan landscape dengan tanaman sayuran sesuai dengan potensi desa, dan sesuai dengan hasil kuesioner yang tadi kami dibagikan. Masyarakat yang menentukan jenis sayur, termasuk warna, dan bentuk sayur. Atau, jika ada tambahan tanaman maka masyarakat juga yang memilih,” imbuh dosen Arsitektur S-1 ITN Malang ini.
Dikatakan Ghoustan, idealnya FGD desain participatory bisa sampai 3 kali pelaksanaan. Namun, jika kuesioner FGD di hari pertama sudah cukup, maka FGD bisa dilakukan hanya 2 kali pelaksanaan. “Sifatnya FGD adalah klarifikasi kemauan masyarakat. Keinginan masyarakat ini kemudian disampaikan ke pihak desa. Dibantu dengan program Kedaireka, desa siap atau tidak mengakomodir kemauan masyarakat tersebut?” beber Ghoustan. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)