itnmalangnews.id – Di Kayutangan, terdapat wajah lain Kota Malang yang dapat membuat pengunjung terseret ke masa lampau. Bangunan-bangunan era kolonial masih tersisa dan memiliki nilai historis tertentu. Ketika Kayutangan menjadi wisata heritage Kota Malang, bukan tidak mungkin ia mampu menjadi salah satu ikon Malang di ingatan masyarakat luar kota.
Prof. Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT. (Foto: ata/ itnmalang_news)
Baca juga: www.itn.ac.id
Tiga dosen Institut Teknologi Nasional Malang menyusun monograf terkait potensi Kampung Heritage Kayutangan. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT, Ir. Budi Fathony, MTA, dan Ir. Ester Priskasari, MT. Budi adalah aktivis cagar budaya sekaligus pendamping kampung heritage Kayutangan. Sementara itu, Lalu adalah Guru Besar Ilmu Arsitektur memiliki ketertarikan pada arsitektur kota yang tidak menghilangkan kearifan lokal.
Mereka merencanakan penelitian selama tiga tahun untuk menetapkan potensi cagar budaya dan kawasan destinasi wisata. Penelitian dimulai dengan pengamatan dan pengumpulan data sekunder. Selanjutnya digunakan pendekatan mixed research untuk menentukan potensi-potensi tersebut. Tahap akhir yakni pembuatan maket kawasan sebagai kampung heritage.
Di Kayutangan ada berbagai potensi wisata dengan klasifikasi yang cukup lengkap. Ada wisata bangunan kolonial. Ada wisata kuliner seperti es krim Toko Oen dan sate Gebug. Ada wisata budaya contohnya oeklam-oeklam heritage, topeng Malangan, dan festival Mbois. Ada juga wisata open space dan sculpture sampai wisata religi.
Tahun lalu, terdapat 32 bangunan cagar budaya yang ditetapkan oleh pemerintah kota Malang, yang mana beberapa terdapat di Kayutangan. Tiga dosen ahli tersebut juga beranggapan kalau pemerintah Kota Malang perlu mengeksplorasi lebih jauh unsur-unsur heritage. Kabarnya, Pemkot Malang akan mengembangkan Kampung Heritage Kayutangan di tahun 2020. (ata)