Dr. Yuni Eka Fajarwati, ST., MPd, saat memberikan bimbingan kepada peserta ToT Portofolio Mata Kuliah di ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) giat meningkatkan kapasitas dosen, salah satunya dengan menggelar Training of Trainer (TOT) Portofolio Mata Kuliah. Acara yang digagas oleh Lembaga Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional (LP2AI) ITN Malang ini menghadirkan pemateri Dr. Yuni Eka Fajarwati, ST., MPd, dan diikuti oleh program studi serta perwakilan dosen program studi. Digelar selama dua hari, Rabu-Kamis (12-13/02/2025) di Ruang Amphi Mesin Kampus 2 ITN Malang.
Baca juga: Tingkatkan Kualitas Pembelajaran, ITN Malang Wajibkan Dosen Buat Portofolio
Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto ST., MT., PhD, membuka acara tersebut dengan menekankan pentingnya portofolio dosen. Maka, pimpinan akan segera melengkapi dengan kebijakan atau aturan yang mewajibkan dosen untuk menyusun portofolio sebagai syarat mengajar.
Sementara Dr. Yuni Eka Fajarwati, ST., MPd, menjelaskan, portofolio mata kuliah merupakan kelengkapan berkas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Berkas tersebut mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Rencana Pembelajaran Semester (RPS), rubrik tugas, penilaian, hingga penilaian untuk Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL).
Menurutnya, pentingnya portofolio tidak hanya untuk memenuhi dokumen kurikulum, tetapi juga untuk mengetahui sejauh mana pencapaian mata kuliah terhadap CPL yang telah ditetapkan program studi. Saat ini kurikulum yang digunakan berbasis Outcome-Based Education (OBE). Salah satu bagian penting dalam siklus ini adalah penyusunan portofolio. Pendekatannya bersifat holistik, dimana tugas dosen tidak hanya selesai pada penyusunan RPS, namun juga memberikan kontribusi signifikan terhadap capaian pembelajaran lulusan sesuai dengan yang telah ditentukan.
“Dosen tidak bisa serta-merta menentukan capaian mata kuliah yang tidak selaras dengan CPL, karena hal ini sangat berdampak pada kurikulum. Tanpa penyelarasan, bisa terjadi overlapping materi, atau materi pembelajaran tidak sesuai. Hal ini juga dapat mengakibatkan taksonomi yang tidak sesuai, misalnya kita seharusnya berada di level KKNI 6, tetapi tidak terwujud,” jelasnya.
Dijelaskan Yuni, dampak besar ini terlihat terutama ketika lulusan sudah masuk ke dalam dunia kerja. Oleh karenanya Yuni mendorong dosen perlu beradaptasi dengan perkembangan generasi sekarang, yang sangat berbeda. Terkadang dosen sebagai pendidik memiliki kecenderungan egosentris, dan ini harus dikesampingkan. Selama ini permasalahannya yang kerap muncul adalah dosen cenderung mengacu pada metode klasik pembelajaran masa lalu tanpa menyadari zaman sudah berubah, dengan karakteristik belajar generasi Z yang berbeda.
Ditambahkan, dalam kurikulum baru, pembelajaran lebih mengarah pada Student-Centered Learning (SCL), bukan Teacher-Centered Learning (TCL) seperti sebelumnya. Namun, seringkali dosen masih ragu atau enggan melakukan perubahan. Memang tidak mudah melakukan peralihan dari metode ceramah ke peran fasilitator yang mendengarkan pendapat mahasiswa. Padahal, hal tersebut sangat diperlukan agar mahasiswa dapat berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi.
Baca juga: ITN Malang Rujukan dalam Bidang Mutu Khususnya Aplikasi
“Generasi Z sebenarnya jauh lebih kreatif, tinggal dosen bisa memahami, dan melakukan pendekatan psikologis yang tepat. Oleh karena itu, penilaian terhadap dosen juga akan bergantung pada kemampuan mereka beradaptasi dengan perubahan,” lanjutnya.
Yuni berharap adanya ToT dosen bisa menyusun dokumen dan dapat mengimplementasikannya dengan baik. Dengan begitu kurikulum di prodi dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan profil lulusan serta kebutuhan dunia kerja saat ini. Serta materi yang diajarkan bisa selaras dengan perkembangan teknologi. Evaluasi terhadap materi juga harus dilakukan rutin.
Yuni mengingatkan, mungkin akan muncul kendala seperti mahasiswa yang tidak tuntas dalam mata kuliah. Ini harus dianalisis untuk mengetahui penyebabnya, seperti kesulitan materi, motivasi mahasiswa, atau mungkin metode pengajaran yang kurang tepat.
“Evaluasi ini perlu dilakukan tiap tahun untuk melihat ketercapaian CPL dan memastikan bahwa distribusi CPL pada mata kuliah sudah sesuai. Ini juga menjadi salah satu pertanyaan penting bagi asesor. Dengan demikian, siklus ini bersifat holistik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)