Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ITN Malang, dan mitra memperlihatkan hasil batik dengan penerapan pewarna alami metode colet. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Batik dengan pewarna alami kini makin digemari. Seiring waktu, motif batik makin cantik, dan warnanya kian beragam. Pewarna alami batik mulai berkembang dengan dukungan kampanye pelestarian lingkungan. Pasalnya, penggunaan pewarna sintetis jelas tidak aman bagi kesehatan. Baik bagi produsen batik, maupun konsumen, serta berdampak bagi lingkungan masyarakat sekitar.
Baca juga: www.itn.ac.id
Saat ini, proses pembuatan batik dengan pewarna alami lebih cepat, dan mudah. Karena sudah tersedia pewarna alami berbentuk pasta, dan serbuk. Pewarna jenis ini sangat efektif, dan efisien karena bisa digunakan sesuai kebutuhan. Namun, sayangnya pewarna alami batik belum banyak tersedia di pasaran. Kondisi ini mendorong tiga dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mengajarkan pembuatan dan pemasaran pewarna alami nabati kepada masyarakat. Mereka adalah Dr Ir Nelly Budiharti, MSIE, (dosen teknik industri), Faidliyah Nilna Minah ST MT (dosen teknik kimia), dan Ahmad Faisol ST MT (dosen teknik informatika).
“Pewarna alami sudah ada yang menjual, tapi ketersediaannya masih terbatas. Maka, lewat Program Kemitraan Masyarakat (PKM) kami mengajarkan mitra untuk memproduksi pewarna alami nabati. Sekaligus memasarkan lewat digital marketing,” ujar Dr Ir Nelly Budiharti, MSIE, Ketua PKM ITN Malang saat ditemui di Kampus 2 ITN Malang, Rabu (21/9/2022).
Baca juga: Mesin Batik Cap ITN Malang Membawa Ari Jadi Lulusan Terbaik Teknik Mesin D-3
Tim PKM ITN Malang ini menggandeng tiga mitra, yakni UD Natura Creo Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan, Paguyuban Pembatik Ikat (PPI) Bulan Asri Desa Randuagung Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, dan PKK RW 04 Tunjungtirto Semarak Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Selama ini UD Natura Creo sudah rutin memproduksi batik dan pernah menerapkan pewarna alami dalam bentuk liquid/larutan yang dikerjakan secara manual dengan merebus dan merendam. Sementara, PPI Bulan Asri dalam memproduksi batik pewarnaan masih menggunakan pewarna sintetis. Sedangkan PKK Tunjungtirto Semarak belum pernah melakukan produksi batik sama sekali.
Bahan untuk pembuatan pewarna alami pun mudah didapat, karena berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seperti daun ketapang, daun mangga, daun alpukat, dan biji bixa orellana (kesumba). Bahan-bahan tersebut sebelumnya dibersihkan, kemudian dipotong-potong sesuai jenisnya, dan dimasukkan ke mesin ekstrak untuk dihancurkan. Setelah itu baru disaring dan diambil filtratnya. Filtrat merupakan larutan hasil penyaringan pada proses pemisahan.
“Daun yang digunakan adalah daun-daun yang banyak mengandung unsur tanin, agar warna yang dihasilkan pekat. Jadi tidak digunakan daun-daun bersifat licin seperti daun belimbing. Karena kandungan warnanya kurang,” ujar Nelly.
Pewarna jenis pasta dan bubuk sedikit berbeda pembuatannya. Masing-masing jenis ditambah dekstrin 30 persen. Bedanya, bentuk pasta dipanaskan dengan spray dryer selama 4 jam. Sedangkan bentuk serbuk dipanaskan 6 jam dengan oven, dan setelah kering ditumbuk menjadi bubuk. Jadilah pewarna alami yang siap digunakan.
Dalam abdimas ini Tim PKM ITN Malang tidak hanya mengajarkan membuat pewarna alami saja, tapi juga mengajarkan cara membatik dengan beberapa teknik. Seperti, membatik dengan teknik colet/coletan dengan menggunakan kuas, teknik batik tulis, ecoprint, dan teknik sibori/jumputan. Teknik batik tulis seperti umumnya menggunakan canting dan malam. Teknik ecoprint dengan menjiplak dedaunan ke dalam kain untuk menciptakan warna dan pola yang menarik.
Sementara, teknik sibori dilakukan dengan mengikat/melilit kain secara langsung. Atau diberi batu kerikil/uang logam kemudian diikat. Tekniknya berturut-turut sebagai berikut, kain yang telah diberi kerikil/logam dicelup dalam larutan pembasah tekstil (TRO), kemudian dijemur hingga kering, dicelup dengan pewarna alami, dijemur lagi hingga kering, dan difiksasi. Setelah kering baru disetrika dan kain siap dijual. Permainan warna melalui proses fiksasi. Jika ingin warna tebal, maka bisa dilakukan beberapa kali fiksasi sesuai dengan tajam atau tebalnya warna yang diinginkan.
“Pembasahan dengan TRO selalu dilakukan dalam proses pewarnaan. Tujuannya untuk membuka pori-pori kain, dan membersihkan kotoran sehingga kain dapat menyerap secara merata dan cepat. Untuk memperkuat warna menempel pada kain diperlukan proses fiksasi. Proses ini sekaligus untuk memperjelas arah warna. Bisa menggunakan larutan tawas, kapur, atau tunjung agar warna tidak luntur,” ungkapnya.
Peserta merasa puas karena sudah menghasilkan batik dengan warna indah, dengan dan motif menarik. Untuk membantu memasarkan Tim PKM ITN Malang juga menyiapkan rumahapem.com sebagai website penjualan aneka produk dari pewarna alami. Selain itu, juga diajarkan menggunakan medsos Instagram dan facebook. Di dalam website terpasang foto pakaian, kain batik, hijab, tas, souvenir dan keramik yang semuanya menggunakan pewarna alami.
“Harapan kami pewarna alami ini bisa diproduksi. Sehingga bisa meningkatkan kualitas produk serta pendapatan mitra. Bagi mitra yang belum pernah memproduksi batik, bisa menjadi kegiatan usaha baru dan menambah pendapatan keluarga. Karena membuat pewarna dan batik ini bisa dilakukan dalam skala home industri dari rumah masing-masing,” tandas Nely. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)