Kubur Cita-Cita Jadi Dokter, Kini Sudah Pasang Sistem Rudal di 12 Kapal Perang
itnmalangnews.id – Menjadi salah satu insinyur yang ahli pasang sistem kendali rudal tidak pernah dibayangkan oleh Ir. Kartiko Ardi Widodo,MT sebelumnya. Tetapi kecintaannya pada pelajaran elektro membawa pria asli Malang tersebut pada salah satu keahlian yang terbilang langka di Indonesia. Bahkan hanya dimiliki oleh segelintir orang di seluruh Nusantara ini. Hal itulah yang membuat dia menjadi salah satu enginer penting di PT. PAL Surabaya.
Ceritanya, Kartiko kecil memiliki cita-cita menjadi dokter dan itu sudah didukung oleh keluarganya. Cita-cita itu digenggamnya erat-erat hingga duduk di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan cita-cita tersebut dia menyiapkan diri memantapkan pemahamannya pada mata pelajaran yang berkaitan seperti biologi dan pelajaran eksakta lainnya. Disamping tekun belajar pria kelahiran 27 Juli 1969 itu juga aktif berorganisasi. “Saat di SMP saya aktif menjadi wakil ketua OSIS, di SMA juga menjadi pengurus OSIS. Saya suka berorganisasi,” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya Jl. Tenes 38 pada Kamis (10/3) lalu.
Pada tahun 1988 dosen elektro Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang tersebut menyelesaikan studi jenjang menengah atas di SMA Negeri 3 Malang. Dia kemudian bersama beberapa teman lainnya mengikuti tes PMDK di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Dan ternyata dia berhasil lolos. Saat itulah Kartiko dihadapkan dengan pilihan yang cukup pelik antara cita-cita menjadi dokter atau mengikuti teman. “Hasil tes saya dan teman sebangku diterima di jurusan elektro. Saya sempat bingung mau masuk kedokteran atau elektro,” kenang pria tiga anak tersebut.
Akhirnya dia memilih ajakan sang teman masuk jurusan elektro dan meninggalkan cita-cita masa kecilnya. Padahal sebenarnya, menurut Kartiko, dirinya bisa tidak masuk elektro dan ikut tes lain untuk masuk jurusan kedokteran.
Selama kuliah wakil ketua PU2PUTN tersebut kembali aktif berorganisasi, salah satunya adalah menjadi ketua himpunan jurusan elektro. Kemudian dia juga banyak menyelenggarakan lomba-lomba sebagai bentuk realisasi bakat mahasiswa kala itu, salah satunya jelajah Kali Berantas. Yang paling membekas adalah saat dia mendirikan Radio TE UB, salah satu radio jurusan elektro yang tetap mengudara hingga kini.
Kartiko menceritakan, saat mendirikan radio ini dia bersama beberapa teman-temannya berusaha sendiri mencari dana untuk membiayai proyeknya tersebut. Dia mendapat bantuan dari alumni yang kemudian dibelikan tower. “Kami sempat jualan jagung bakar untuk tambahan dana merealisasikan radio itu. Kampus hanya memberi ruangan kecil,” tutur mantan dosen STT AL Subaya tersebut.
Selama kuliah dia merasa enjoy dengan jurusan elektro. Alhasil dia menekuni setiap ilmu yang berkaitan dengan jurusannya. Setelah empat setengah tahun belajar dia berhasil menuntaskan studi S1 pada tahun 1992 dan kemudia bekerja di PT Astra Jakarta. Saat itu dia menempati posisi manajemen information sistem (MIS). “Saya hanya bekerja satu tahun di situ. Setelah itu berhenti,” kata mantan manajer project control (PPC) PT PAL tersebut.
Setelah itu pada tahun 1994 dia bekerja di PT PAL Surabaya yang saat itu berada di bawah kendali BJ. Habibie. Setelah mengikuti proses seleksi selama 6 bulan, dia terpilih bersama empat orang insinyur lainnya untuk dikirim ke Jerman ke pabrik AERO Maritime yang menangani sistem telekomunikasi kapal perang NATO. Di situ dia mengikuti pelatihan sistem telekomunikasi kapal perang. “Saat itu ada 100 insinyur yang diseleksi cuma diambil lima orang. Alhamdulillah saya masuk salah satunya,” terang alumni S2 elektro Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu.
Pada tahun 1994 dikirim ke Belanda untuk mendalami sistem pembangunan kapal perang. Tahun 2005 dikirim ke Jerman untuk yang kedua kalinya mengikuti pelatihan yang sama. Tahun 2008 ke Prancis untuk belajar pemasangan rudal Exocet. Pada tahun 2010 dikirim ke Rusia untuk pelatihan pasang rudal. Setelah mendapat pengetahuan yang matang dia mepraktikkan di Indonesia. “Sampai sejauh ini saya sudah pernah memasang sistem kendali rudal di 12 kapal perang Indonesia. Di antaranya: KRI, Hiu, dan Layang,” tambah pria murah senyum tersebut. Dalam waktu dekat ini, dia menambahkan, akan pasang pada kapal perang SSV Philipina yang dibuat oleh PT. PAL Surabaya.
Kini Kartiko merupakan salah satu insinyur muda Indonesia yang ahli memasang sistem kendali rudal di kapal perang. Namun pada tahun 2014 lalu, Kartiko memilih keluar dari PT PAL dan memilih aktif sebagai dosen elektro di ITN Malang. Dia juga berjanji akan membagikan pengetahuannya pada para mahasiswanya. “Meskipun saya sudah keluar dari PT. PAL tetapi saya sering dipanggil kesana untuk memasang sistem kendali rudal. Dan saya selalu siap kapanpun dibutuhkan oleh negara,” tutupnya. (her)