itnmalangnews.id – “Ketika menetapkan jadi dosen, kita harus ingat jika ada jiwa-jiwa yang kita antarkan,” ucap Ida Soewarni, ST,MT, Kepala Program Studi (Prodi) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang sebelum menceritakan perjalanan hidupnya.
Ida Soewarni, ST,MT, Kaprodi PWK ITN Malang. (Foto: Ata/itnnews)
Perempuan kelahiran 15 Oktober 1966 tersebut memulai jenjang pendidikan tingginya di Planologi ITN Malang pada 1985. Saat itu, jumlah kawan seangkatannya sebanyak 42 orang. Ida juga bergabung dalam Resimen Mahasiswa sebagai bekal berorganisasi.
Tiga tahun kemudian, sang Ayah meninggal dunia karena sakit. Tidak ingin pulang ke kampung halaman di Jember, Ida berusaha mencari pekerjaan untuk bertahan hidup di Malang sekaligus membantu biaya sekolah adik-adiknya. “Saya merasa tidak bisa berkembang kalau pulang kampung, apalagi saya dapat beasiswa Supersemar. Saya selalu teringat pesan almarhum bapak jika perempuan itu bisa menjadi fighter. ‘Kamu akan mencapai apa yang kamu inginkan. Kamu punya kaki yang sempurna dan otak yang bisa belajar dalam menggapainya’,” kenangnya.
Saran dari kawan kos menguatkan Ida untuk mendaftar sebagai penyiar radio di KDS. Biarpun mengaku iseng karena kehabisan uang, tetapi Ida memang percaya diri dengan suaranya. Bahkan, di kampus ia langganan menjadi MC wisuda. Singkat cerita, penyuka tempe penyet ini diterima menjadi penyiar KDS. Ia berjalan kaki untuk bekerja sebelum difasilitasi motor sekitar lima bulan kemudian.
“Lulus kuliah” sempat terabaikan dalam hidup. Proposal skripsi ia serahkan kepada dosen pembimbing, lengkap dengan buku-buku referensi. “Saya bilang silakan kalau ada adik tingkat yang ingin melanjutkan, tetapi Pak Koko menyimpan proposal tersebut dan menunggu saya kembali. Empat tahun lebih saya meninggalkan skripsi. Sampai-sampai Ibu menanyakan kelulusan karena tahu cita-cita saya menjadi sarjana,” jelas Ida.
Ia tidak menyangka bisa lulus S1 dan bekerja jadi dosen di almamaternya sendiri. KDS pun ia lepaskan karena tidak sanggup bekerja ganda. Karirnya terus menanjak dan pendidikan kembali ia teruskan. Sepulang S2 pada 2013, ia menjabat sebagai Kepala Prodi PWK selama satu periode dan diperpanjang dua tahun.
Baca juga: Perjuangan 33 Tahun PWK ITN Malang dibayar Akreditasi A dan Go Internasional
baca juga: Peran Aktif dalam Menolong, ITN Malang Siap Kirim Mahasiswa ke daerah Bencana
Sekarang, masa bhakti Ida akan berakhir. Ia berniat menjadi dosen biasa, merawat anak, dan diselingi hobi merajut serta bercocok tanam. Ibu dua anak ini berkomitmen tetap mendukung ITN Malang. “Ke depannya, saya harap PWK semakin sesuai dengan itikad baik institusi. ITN Malang akan go international, dan PWK siap mengiringi hal itu,” tegasnya. (ata)
Link : www.itn.ac.id