
itnmalangnews.id – Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki beragam kekayaan budaya. Upaya pelestarian budaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ayu Lutfi Novitasari, mahasiswi Teknik Informatika S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang juga merealisasikan kecintaan pada budaya dalam skripsinya. Dia membuat Introduction Traditional Weapon of Indonesia (I-PON).
Ayu Lutfi Novitasari, wisudawan terbaik Teknik Informatika S-1 ITN Malang. (Foto: Mita/ Humas ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
Gempuran modernisasi membuat manusia harus menemukan cara baru mempertahankan pengetahuan akan kearifan lokal. Kedekatan manusia dengan gawai adalah peluang yang bisa diambil. Sesuai namanya, I-PON berbentuk aplikasi offline berbasis android yang dapat dipasang di gawai.
“Selama ini media pembelajaran masih terbatas dan cara mengajar cenderung monoton. Kita butuh metode belajar yang bisa menunjang minat siswa. I-PON bisa mempermudah belajar, kan tidak bisa ke museum setiap hari,” ungkap Ayu.
I-PON menggunakan Augmented Reality (AR) berbasis android. AR sendiri adalah teknologi yang dapat menggabungkan dunia nyata dan dunia maya yang diproyeksikan menggunakan alat elektronik secara real time. Lalu, aplikasi bekerja dengan metode marker based tracking yakni memakai target untuk mengenali objek dan menunjukkan informasi.
Ayu memulai project-nya dengan pengumpulan data 34 senjata tradisional dari 34 provinsi di Indonesia. Tahapan ini merupakan tahap terlama karena disertai validasi data. “Saya menghubungi beberapa dinas pariwisata di beberapa provinsi lewat web namun responnya tidak bisa cepat. Jadi saya juga mengambil informasi dari jurnal internasional, meminjam buku di perpustakaan kota, serta wawancara guru sekolah dasar sesuai bidangnya,” jelas wisudawan terbaik Teknik Informatika S-1 ini.
Baca juga: Ikuti Kelas Reguler dan Lulus Tepat Waktu, Wisudawan Difabel Buat Aplikasi Penerbitan Akta Cerai
Ketika data sudah terkumpul, Ayu pun membuat aplikasi I-PON. Waktu yang ia butuhkan kurang lebih tiga minggu. Cara kerja I-PON dengan membuka aplikasi dan kamera pun terbuka. Kamera diarahkan ke marker dan di-scan dengan pencahayaan cukup. Marker lalu menampilkan senjata berbentuk 3G yang dilengkapi informasi detail lewat audio. I-PON dilengkapi dengan katalog berisi deskripsi senjata tradisional, peta, dan gambar marker untuk di-scan. Aplikasi ini beroperasi dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris.
“I-PON masih perlu pengembangan. Saya harap bisa dikembangkan agar ramah digunakan oleh penyandang difabel. Semoga juga dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran para siswa tentang pelestarian kebudayaan, khususnya senjata tradisonal,” harap Ayu. (ata)