itnmalangnews.id – Peningkatan jumlah paten terus digenjot oleh pemerintah Indonesia melalui kementerian riset dan teknologi pendidikan tinggi (Kemenristek Dikti). Hal ini agar Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara tetangga yang jumlah patennya sudah kian meningkat. “Dalam beberapa tahun ke dapan ini kita targetkan menyalip Malaysia, baru setelah itu Singapura,” terang Endang Taryono, Kasubdit Valuasi dan Fasilitasi KI Kemenristek Dikti dalam acara Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Yang Berpotensi Paten, Senin (13/11).
Menurut Endang untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka dilakukan pelatihan terhadap riset yang berpotensi paten di sebanyak 10 tempat Indonesia, beberapa di antaranya: Bandung, Jakarta, Semarang, Jogjakarta, Makassar, Denpasar, Medan, Padang, Surabaya, dan Malang. Pelatihan ini juga menyeleksi proposal terbaik. “Saat ini kita punya 6000 proposal, 800 di antaranya berpotensi paten, dari 800 ini akan diambil 290 terbaik sebagai target jumlah paten Kemenristek Dikti tahun ini,” kata dia.
Sementara kegiatan pelatihan itu sendiri rata-rata diikuti oleh sebanyak 80 peserta dari perguruan tinggi yang proposal penelitiannya terpilih karena berpotensi paten. Dari 80 proposal akan diambil 50 terbaik lalu kemudian dibuatkan dokumen patennya. “Proses pengajuan paten termasuk pembiayaan pendaftaran akan kami danai bagi proposal terpilih, tetapi nanti kalau sudah dapat paten biaya pemeliharaannya akan diserahkan pada Perguruan Tinggi,” kata dia.
Dalam acara yang diselenggarakan di Golden Tulip Holland Resort Batu itu, Endang juga menyatakan bahwa memang proses paten cukup lama yaitu 36 bulan. Lamanya waktu ini karena paten agak rumit dan kompleks. Sebelum disahkan harus ada pemeriksaan substansi, kebenaran dari invensi yang diajukan, kebaruannya, sudah pernah diteliti orang sebelumnya atau tidak, sehingga harus menunggu selama itu. “Tetapi 36 bulan ini terbilang lebih singkat dari sebelumnya yang membutuhkan waktu hingga lima tahun,” tuturnya. (her)