Delegasi CASE saat mengunjungi PLTS ITN Malang. (Foto: istimewa)
itnmalangnews.id – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) mendapat kunjungan dari delegasi Clean, Affordable and Secure Energy for South East Asia (CASE). Selain CASE hadir dalam rombongan Institute for Essential Services Reform (IESR), dan BAPPENAS RI.
CASE merupakan program regional yang dilaksanakan di Indonesia melalui konsorsium yang terdiri atas Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) di Indonesia, Agora Energiewende, New Climate Institute (NCI), serta Institute for Essential Service (IESR), organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Dibentuk untuk mendukung Asia Tenggara dalam transisinya ke sistem pasokan energi yang bersih, terjangkau, dan aman.
Baca juga: ITN Malang Bantu Mahakam Ulu Wujudkan Pembangunan Berbasis Green Energy
Rombongan terdiri dari 21 orang diterima langsung oleh Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, ST, MT, Ph.D di Prodi Teknik Elektro S1 ITN Malang, pada pertengahan Desember 2023 lalu. Mereka juga melakukan kunjungan lapang ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 500 kWp on-grid, dan PLTS off-grid 4kWp milik ITN Malang. Serta melihat Laboratorium Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berisi implementasi smart home, serta hasil riset dosen, dan mahasiswa teknik elektro.
Rektor menyatakan, kunjungan CASE ke ITN Malang sebagai bukti bahwa ITN Malang sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang konsisten dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Selain itu ITN juga memiliki trade record yang bagus dalam riset terutama pada implementasi EBT dengan 500 kW PLTS di kampus 2.
“Mereka (CASE) memandang ITN konsisten dalam pengembangan EBT. Sehingga mereka tertarik melihat langsung pengelolaan EBT di ITN Malang. Sekaligus ingin mengetahui bagaimana ITN memutuskan terlibat dalam transisi energi ini,” jelas rektor.
Menurut rektor, dari kunjungan tersebut kedepannya ITN Malang dengan CASE sama-sama berharap ada jalinan kolaborasi. Terutama dalam riset, implikasi dan implementasi riset EBT baik kepada perguruan tinggi maupun masyarakat. Terutama terkait rekomendasi regulasi kepada pemerintah. Sekarang ini regulasi kebijakan belum menguntungkan kedua belah pihak (pemerintah dan penyedia EBT).
Pembahasan-pembahasan selanjutnya ITN Malang juga akan mengangkat isu carbon credit. Dimana institusi seperti ITN Malang yang sudah mengupayakan EBT juga bisa mendapat intensif terhadap carbon credit.
Baca juga: SMK Ahmad Yani Probolinggo Beri Motivasi Siawa Belajar di ITN Malang
Komitmen ITN Malang terhadap pengembangan EBT tidak main-main. Ini dibuktikan dengan program kerja sama mengembangkan EBT di beberapa kabupaten, seperti di Mahakam Ulu, Lembata, dan daerah-daerah yang mempunyai potensi pengembangan EBT. ITN Malang mengirimkan para ahli untuk menggali, mengidentifikasi potensi, termasuk mengembangkan potensi di daerah tersebut.
Sebagai kampus teknik yang memiliki program studi saling mendukung, pengembangan EBT di ITN Malang juga melibatkan berbagai program studi. Tidak hanya prodi teknik elektro, namun juga prodi teknik mesin, teknik lingkungan, perencanaan wilayah dan kota (PWK), teknik sipil, teknik geodesi, dan lainnya.
Rektor mencontohkan, panel surya solar photovoltaic (PV) yang telah habis masa pakainya kelak akan menjadi limbah. PV sendiri mengandung bahan semi konduktor, ada baterai yang akan menjadi limbah berbahaya jika terbuang. Limbah EBT tersebut haruslah diproses agar tidak membahayakan manusia dan lingkungan.
“ITN sudah mulai melakukan treatment terhadap potensi limbah EBT tersebut, dengan kerja sama antar prodi. Termasuk juga penggalian potensi EBT dengan melibatkan PWK, teknik sipil, teknik geodesi, dll. ITN Malang juga sudah berfikir jauh kedepan, bahwa EBT tidak hanya memberikan benefit di sisi low emission carbon tapi kami juga mengantisipasi waste (limbah) dengan teknik lingkungan,” tegasnya. (Mita Erminasari/humas ITN Malang)