itnmalangnews.id – Baru-baru ini terdapat kebijakan baru mengenai lalu lintas di sekitar pertigaan jembatan Soekarno-Hatta. Pengendara dari arah Dinoyo menuju Jalan Soekarno Hatta bisa langsung berbelok, tapi pengendara yang ingin lurus ke Jalan Mayjend Panjaitan tidak bisa langsung lurus. Mereka harus melewati Jalan Soekarno Hatta dan memutar di Taman Krida Budaya. Itu adalah satu dari banyak rekayasa lalu lintas Kota Malang.
Dr. Ir. Nusa Sebayang, MT, tengah memaparkan strategi-strategi mengatasi kemacetan. (Foto: Istimewa)
Baca juga: www.itn.ac.id
Lalu lintas perlu direkayasa salah satunya untuk mengatasi kemacetan. Dr. Ir. Nusa Sebayang, MT, pakar bidang transportasi di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang kemudian buka suara mengenai strategi mengatasi kemacetan. “Rekayasa lalu lintas jadi salah satu solusi, sedangkan solusi lain adalah pembenahan infrastruktur seperti pelebaran jalan,” ujarnya saat ditemui di kampus I ITN Malang beberapa wkatu lalu.
Menurut Nusa, kemacetan terjadi karena volume kendaraan yang melintas melebihi kapasitas jalan. Volume kendaraan ini dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat. “Kalau overcapasity terjadi, dapat dilakukan pelebaran jalan. Namun pelebaran jalan tidak selalu bisa diterapkan. Makanya diterapkan rekayasa lalu lintas, yaitu upaya menyesuaikan arus lalu lintas dengan kepadatan kendaraan,” jelas Nusa.
Untuk kasus areal jembatan Soekarno-Hatta sendiri, Nusa memandang ada perubahan strategi dari tiga fase menjadi dua fase. Perubahan tersebut mengurangi lost time sehingga bisa meningkatkan kapasitas. Lalu lintas di depan Universitas Brawijaya menjadi lebih lancar, tetapi kepadatan berpindah ke sekitar Taman Krida Budaya. Perubahan strategi tidak bisa dinilai efektif selama beberapa hari saja.
Baca juga: Rumitnya Atasi Kemacetan di Kota Malang, Perlu Banyak Rekayasa Lalu lintas
Baca juga: Mahasiswa Sipil Pelajari Vissim X untuk Rekayasa Lalu Lintas
“Lama-lama pengendara bisa menyesuaikan diri dengan kebijakan. Kalau kepentingannya ke Panjaitan, bisa belok lewat Gajayana terus perempatan ITN Malang. Tapi di kemudian hari tetap harus dievaluasi apakah betul-betul mengatasi kemacetan atau justru hanya membuat titik lain macet. Langkah untuk merekayasa lalu lintas ini sudah maju, kalau kemacetan bertambah pun dapat dianalisis mana yang lebih menguntungkan untuk dipraktikkan,” paparnya lebih jauh.
Ia pun mengungkapkan alternatif berupa signal time yang mengikuti volume lalu lintas. Konsep signal time lebih fleksibel sehingga dinilai menguntungkan. “Caranya memakai sistem otomatis. Pada waktu puncak alias overcapasity dibuat dia fase, selebihnya bebas boleh tiga fase,” gagas Nusa. (ata)