
ITN MALANG NEWS-Mengenakan baju putih berkerah dan dasi coklat menjulur di dadanya, Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT terlihat sibuk dengan beberapa pekerjaannya. Di lantai dua ruang kerja rektorat Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, pria kelahiran Lombok tersebut menceritakan kisah perjuangan dari anak desa hingga menjadi orang nomor satu di kampus biru itu. Ya, kini pria itu adalah seorang Rektor ITN Malang. “Sejak kecil memang saya punya cita-cita yang tinggi,” terang lulusan SDN Grunung Tengah pada itnmalangnews.id Sabtu 20 Juni lalu.
Masa kecil pria yang akrab disapa Lalu tersebut sebagaimana layaknya anak desa lain di Desa Praya, Lombok Tengah. Bermain layang-layang adalah hobinya yang sering dilakukan di setiap waktu senggang. “Selain main layangan saya juga suka main gasing bersama teman-teman,” kenangnya tertawa. Lalu menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang sekolah menengah atas di tanah kelahirannya. Setamat SD, calon Rektor ITN Malang melanjutkan ke Sekolah Teknologi Menegah (STM) Praya Lombok yang masuk pagi hari. Sementara sore harinya belajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Nasional Mataram.
Geregetnya semasa remaja ingin membangun Lombok. Karena dia merasa pada saat sketsa karya tangan sendiri diwujudkan menjadi bangunan, ada kebahagiaan tersendiri di benaknya. Selain itu kedua orang tuanya: Lalu Kasrah (bapak) dan Baiq Amrah (ibu) menginginkan Lalu menjadi bos. “Pokoknya bapak ingin saya seperti pak Mulyadi (bos pajak saat itu),” tambahnya.
Setelah menamatkan jenjang SMA, atas restu kedua orang tua bakal Rektor ITN Malang itu melanglang buana ke kota dingin Malang. Kehidupan ekonomi yang hanya berkecupan membuat Lalu setengah nekat berangkat ke Jawa. “Waktu itu saya dibekalai sangu hanya Rp 25 ribu rupiah,” imbuh suami Siti Nafsiyah itu. Lalu termasuk sedikit pemuda di kampungnya yang berani belajar hingga ke Jawa. Sehingga saat itu orang sekampung rame-rame ibarat mengarak seorang tokoh mengantarkannya ke pelabuhan. Tak hanya itu, sebagian dari mereka ada yang meneteskan air mata. “Bapak-Ibu juga menangis saat itu, semakin menambah motivasi saya untuk sukses dalam belajar,” jelas alumni ITN Malang tersebut.
Setibanya di Malang, bapak empat anak itu langsung bertempat di Asrama Lombok kawasan Jl. Pattimura Sumbersari untuk sementara. Tak lama setelah itu, dia masuk Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang (waktu itu masih Akademi Teknologi Nasional) sebagai tempat berlabuh untuk mengembangkan pengetahuannya. Disitulah kiranya langkah menjadi Rektor ITN Malang dimulai. Jurusan yang diambil adalah arsitektur, ini sesuai dengan kesenangan masa mudanya yaitu menggambar. Dia merasa enjoy dalam belajar dan tetap dengan keyakinannya akan sukses kelak. “Prinsip saya dalam belajar, kalau orang lain bisa kenapa saya tidak,” tukas penulis buku relief-relief candi di Malang tersebut.
Selama menjalani masa kuliah uang saku bulanan seperti awal berangkat Rp 25 ribu rupiah. Tentu saja uang ini tidak cukup untuk membiayai kuliah dan hidupnya. Alhasil dia sering ngutang ke warung untuk makan, juga ngutang bayaran uang kuliah pada kampus. Tetapi setelah dapat kiriman langsung dibayar. “Jadi semacam gali lubang tutup lubang gitu,” kenang Rektor ITN Malang itu sambil tertawa. Tetapi tekatnya yang kuat, Lalu akhirnya dapat menuntaskan jenjang strata satunya pada tahun 1986. Setelah itu, dia melanjutkan ke strata 2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan jurusan yang sama, arsitektur. Dan tuntas pada tahun 2001. Pada tahun 2003, dia mencoba mengikuti bursa rektor tetapi nasibnya belum beruntung. “Saat itu saya juga belum doktor, akhirnya yang jadi rekor Pak Abraham Lomi,” ujar Lalu.
Pasca itu, dia mendapat beasiswa di Belanda, tapi sayang orang tuanya menolak belajar dinegeri kincir angin tersebut. Alasannya karena, negara beribu kota Amsterdam itu pernah menjajah Indonesia. “Pernah juga diterima di Jepang, tetapi karena Jepang juga penjajah akhirnya ditolak juga sama orang tua,” kilah pria murah senyum tersebut mengisahkan pendidikannya sebelum menjadi Rektor ITN Malang. Akhirnya pada tahun 2005, mendapat beasiswa strata 3 di Universitas Teknologi Malaysia (UTM) Malaysia dengan jurusan yang sama, dan lulus pada 2008.
Pada tahun 2011, dia menjadi pembantu rektor 2 dan akhirnya pada pemilihan rektor 2015, dia berhasil menjadi pimpinan tertinggi di ITN yaitu menjadi Rektor ITN Malang. Dengan mandat yang telah diperolehnya ini, Lalu bertekat mengembalikan keyajaan ITN seperti pada masa kepemimpinan Abel Silalahi pada 1998. (her)
sukses pak rektorku. semangat membawa ITN ke kancah dunia…