Profesor Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE, foto bersama keluarga besar Program Pascasarjana dan Teknik Industri, FTI, ITN Malang. (Foto/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) kian melengkapi sebaran guru besar di lingkungan prodinya. Hal ini ditandai dengan dikukuhkannya Profesor Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE sebagai guru besar Bidang Ilmu Teknik Industri, pada Rabu (06/03/2024) di Aula Kampus 1 ITN Malang.
Prof. Julianus menjadi guru besar ke-9 ITN Malang, sekaligus guru besar pertama di Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana ITN Malang. Dalam pidato ilmiah pengukuhan guru besarnya, Prof. Julianus mengangkat judul Ergonomi Industri berbasis Kognitif dan Mental Workload serta Tantangannya pada Industri 4.0 dan Society 5.0.
“Judul ini menjelaskan dan memberikan gambaran dari kumpulan research saya semenjak 2014 hingga 2023,” ujar Prof. Julianus.
Baca juga: ITN Malang Kukuhkan Guru Besar Pertama Teknik Industri
Dari rangkuman itu ternyata menghasilkan suatu konsep baru yaitu sustainable ergonomics. Merupakan konsep baru bertujuan menyiapkan tenaga kerja untuk tetap sehat fisik dan mentalnya secara berkesinambungan. Ada lima poin di dalamnya, yaitu sustainable ergonomics berbasis IOT dan AI, monitoring, notification, recovery and treatment, serta assessment dan decision.
Salah satu yang dibahas dalam pidato ilmiahnya adalah ergonomi kognitif dan human factor mental workload. Ergonomi kognitif didefinisikan sebagai ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dari sisi kognitif untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terbaik. Tujuannya untuk meningkatkan kinerja kognitif.
Setiap pekerjaan tidak hanya membutuhkan fisik, tapi juga kebutuhan mental. Di lantai produksi semakin tinggi strukturnya, maka tanggung jawab dan beban mentalnya semakin besar. Beban kerja mental atau mental workload berkaitan dengan kemampuan operator untuk memenuhi tuntutan pemrosesan informasi dari tugas atau sistem yang ada. Dengan adanya beban mental, maka agar bisa bekerja produktif memerlukan suatu kondisi yang nyaman dan rileks.
Ditemu di tempat terpisah Prof. Julianus memperjelas, dari penelitiannya didapat bahwa proses kreativitas bisa muncul ketika dalam suasana kondusif. Kondisi ini perlu diciptakan. Apalagi jika di lantai produksi dalam kondisi serius maka membutuhkan penggalan waktu yang disebut rest break yang bisa diisi dengan singing dancing.
“Selama ini penelitian yang berkembang memberikan rest break, ya hanya sekedar orang perlu istirahat saja. Tapi untuk penelitian berikutnya berkembang dengan pemberian stretching (peregangan),” kata profesor yang juga mengajar di Teknik Industri S-1 ITN Malang ini. Pemberian stretching akan mengakibatkan terjadinya penurunan mental workload, dan meningkatkan kecepatan respon.
Kemudian penelitian berkembang lagi ke listening to music. Prof. Julianus memadukan antara listening to music dan physical activity yang disebut singing dancing dengan bernyanyi dan berdansa. Hasil penelitiannya pun bagus, dan justru mampu meningkatkan aktivitas.
Penelitian Prof. Julianus dilakukan pada proses pencantingan batik tulis yang meliputi tugas fisik dan mental, seni, serta kreativitas. Menurutnya, untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pencantingan batik tulis memerlukan sentuhan relaksasi.
“Suasana rileks saat rest break, seperti saat singing dancing, dapat meningkatkan fokus, semangat, dan skill pekerja, sehingga menghasilkan produk yang lebih berkualitas,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)