itnmalangnews.id – Penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) bermula dari konteks kerentanan yang bertransformasi dengan strategi menuju outcome penghidupan. Ia memiliki lima aset modal, yaitu manusia, alam, fisik, finansial, dan sosial. Kesenjangan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan dapat diatasi menggunakan pendekatan ini.
Nelayan Sukolilo mengikuti workshop dan FGD. (Foto: Istimewa)
Baca juga: www.itn.ac.id
Alam, yang merupakan modal besar bagi para nelayan kualitasnya rusak seiring merosotnya nilai tradisional. Kawasan pesisir kota turut mengalami deprivasi materi dan sosial sehingga terdapat masyarakat yang hidup dengan kondisi di bawah standar. Krisis ekonomi adalah ancaman yang bersembunyi di tengah peluang besar-besaran akibat perkembangan zaman. Kemiskinan multidimensi melanda nelayan, khususnya pada kelas nelayan rumah tangga atau pembudi daya ikan.
Status Surabaya sebagai kota besar belum sepenuhnya lepas dari kondisi tersebut. Problematika yang dialami nelayan Surabaya tidak jauh berbeda dengan nelayan-nelayan lain di Indonesia. Hal ini diteliti oleh Ardiyanto Maksimilianus Gai, ST, M.Si dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang sejak tahun 2016.
“Sebagian besar nelayan di Kota Surabaya belum mampu mengakses setiap modal penghidupan berkelanjutan secara optimal,” simpul Ardy, sapaan akrab Ardiyanto.
Tidak berhenti di sana, pada tahun 2019 Ardy bersama dua rekannya Ida Soewarni, ST, MT (PWK) dan Anis Artiyani,ST, MT (Teknik Lingkungan), menyelenggarakan pengabdian masyarakat di pesisir Kelurahan Sukolilo, Kota Surabaya. Tujuannya agar pemberdayaan masyarakat menjadi upaya peningkatan kapasitas baik secara ekonomi, ekologi dan sosial.
“Harapan kami adalah masyarakat mendapat bekal pemahaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan meningkatkan kapasitas melalui pemberdayaan ekonomi lokal,” lanjut dosen kelahiran Nusa Tenggara Timur tersebut.
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan dilakukan dengan menggandeng para ahli dan fasilitator terkait. Antara lain: Ikatan Ahli Perencana Jawa Timur, USAID, dan Guru Besar Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Brawijaya Malang Prof. Dr. Nuddin Harahap, MP. Adapun rangkaian kegiatan meliputi pemetaan partisipatif, focus group discussion, dan workshop.
Ketika ditemui pada workshop di Balai Kelurahan Sukolilo (14/10/2019), Sekretaris Lurah berterima kasih untuk pengabdian masyarakat yang dilakukan. Ia berpendapat kalau perguruan tinggi juga mengemban tugas untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
“Kami mendukung dan berharap kerja sama antara pemkot dan perguruan tinggi terus ditingkatkan, bukan cuma di pesisir, tetapi juga di wilayah non pesisir. Perguruan tinggi sebagai ladang ilmu pengetahuan dapat membantu pemerintah meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya. (ata)