itnmalangnews.id – Jika selama ini abu pembakaran limbah padat pabrik gula hanya digunakan untuk membuat batako. Maka semenjak Dr. Nanik Astuti Rahman, ST, MT melakukan penelitian tentang absorben, dipastikan bahwa limbah gula tersebut dapat digunakan untuk absorben silika organik dengan banyak keuntungan dibanding yang non-organik.
Ditemui di ruang humas Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, salah satu dosen teknik kimia kampus biru tesebut menceritakan bagaimana dirinya melakukan penelitian yang cukup panjang hingga berhasil mengembangkan silika organik yang dapat dijadikan absorben. Memang silika organik sudah ada yang meneliti sebelumnya tetapi untuk menjernihkan air. Nah, di sinilah pengembangan yang dilakukan Nanik dimana silika organik digunakan untuk menyerap gas karbondioksida (Co2) seperti gas kendaraan bermotor dan asap rokok. “Saya meneliti hampir lima tahun dengan suka dukanya,” terangnya sambil tersenyum, Selasa (14/6).
Perempuan kelahiran Banyuwangi itu mengatakan bahwa sejauh ini absorben yang ada menggunakan silika sintetis dari TEOS atau TMOS. Sayangnya, bahan ini sangat mahal. Harganya mencapai 700 ribu rupiah per 250 mililiter. Selain itu, imbuhnya, silika sintetik bersifat karsinogenik yang dapat memicu kanker. “Bahkan dalam menyerap Co2 ada kecenderungan lebih bagus silika organik ketimbang sintetis,” imbuh alumni ITN Malang itu.
Untuk memulai penelitiannya Nanik mengambil sampel abu limbah gula dari salah satu pabrik gula di Malang sebanyak 10 gram, lalu diekstrak sedemikian rupa sehingga menghasilkan setengah gram silika organik. Silika ini kemudian dicetak dengan menggunakan template dari bahan PEG. “Silika ini bentuknya masih tidak beraturan, agar pori-porinya teratur maka harus dicetak dulu menggunakan template,” kata prempuan dua anak itu.
Setelah selesai dicetak barulah diujicobakan di laboratorium, dan ternyata benar-benar dapat menyerap korbondioksida. Dengan begitu, silika organik hasil pengembangan Nanik ini menjadi silika penyerap karbondioksida dengan harga murah dan proses pembuatannya cukup minim risiko ketimbang yang lain.
Adapun cara pemanfaatannya, menurut perempuan yang juga ketua bidang ahli teknologi Sentra KI ITN Malang itu dapat dipasangkan di dinding sebagaimana wallpaper atau wallpaper itu sendiri dilapisi absorben organik tersebut. “Nah kalau di ruangan itu ada orang merokok maka asapnya dapat diserab oleh absorben tersebut,” tuturnya.
Selain itu, juga dapat dipasang di bagian knalpot motor sehingga asap yang keluar dari hasil pembakarannya sudah bersih dari gas karbondioksida. “Sementara ini, absorben organik ini kan masih dalam bentuk penelitian, pemanfaatan lebih lanjut bisa dikoordinasikan dengan disiplin ilmu yang lain,” tutur perempuan yang juga alumni ITB Bandung itu.
Absorben organik ini merupakan hasil penelitian disertasi Nanik yang berjudul Silika Gel Dari Abu Bagas Termodifikasi Amine Sebagai Absorben Co2: Sintesis dan Aplikasinya. Temuan ini sudah dipatenkan. (her)