itnmalangnews.id – Vandyke Brown Print tidak asing lagi dalam dunia fotografi. Teknik cetak foto yang tergolong tua ini diperkenalkan oleh Sir John Herschel pada tahun 1842. Karena keunikan proses pembuatan dan hasilnya, maka teknik yang biasa disebut old print ini mulai diminati kembali oleh fotografer. “Sesuai dengan namanya, teknik cetak ini akan bernuansa coklat gelap dan mirip dengan lukisan” terang Irwandi, dosen Jurusan Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, saat menyampaikan materi workshop Old Print di auditorium Kampus I Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jumat (16/12).
Metode cetak old print dapat diaplikasikan dalam berbagai media, seperti, kertas, batu, kayu, keramik, piring, kain dan kaca/cermin. Pria lulusan S3 UGM ini juga menjelaskan, media kertas yang digunakan ialah kertas yang tahan air, sehingga kalau di lakukan pencucian tidak rusak. “Memakai media keramik dan kaca susah-susah gampang, kesulitannya media licin dan mengandung minyak. Menyiasatinya sebelum dicetak bisa dibersihkan dengan air sabun,” jelasnya.
Dibantu oleh mahasiswa ISI yang tergabung dalam Keluarga Old Photographic Processes ISI Yogyakarta (KOPPI), pria kelahiran Pontianak ini menjelaskan dan mempraktekkan cara cetak foto old print di hadapan peserta workshop. “Untuk mencetak foto kita membutuhkan bahan peka cahaya seperti, ferric ammonium citrate, tartaric acid, dan silver nitrate. Tiga bahan itu menjadi material utama untuk Vandyke Brown Print,” terang pembina KOPPI ini.
Semua bahan tersebut dicampur dan dioleskan pada kertas. Proses cetak foto mulai dari pengolesan sampai dengan pemberian film dilakukan di ruang dengan cahaya redup. Kemudian disinari dengan sinar cahaya matahari langsung baru dilakukan pencucian dan pengeringan. Peserta workshop bergantian melakukan proses cetak foto mengikuti petunjuk anggota KOPPI. (sar)