itnmalangnews.id – Kelangkaan energi fosil memicu keinginan mengembangkan energi alternatif, terutama yang bersifat terbarukan. Salah satunya Awan Uji Krismanto, ST,MT,Phd. Dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang lulusan University of Queensland ini membuat disertasi mengenai renewable energy dengan fokus microgrid system.
Berbincang pemanfaatan energi tentu tidak dapat dipisahkan dari tenaga listrik. Dalam dunia elektro, dikenal komponen microgrid yang merupakan jaringan listrik lokal dengan kemampuan kendali. Ketika diaplikasikan pada alat berbasis renewable energy, microgrid system bisa menimbulkan masalah kestabilan. Terlebih lagi, output power metode yang ditenagai oleh renewable energy seperti solar cell dan angin tidak bisa diprediksi.
Sesuai definisi microgrid, kemampuan kendali berarti ia dapat memisahkan diri dari jaringan listrik tradisional dan bekerja secara mandiri. Awan akrab disapa, meneliti performa dinamik saat terpisah dan bergabung. Keberadaan microgrid memberikan tambahan daya pada sistem, tapi dampak negatifnya yaitu fluktuatif. “Metode ini memberi efek negatif jika tidak dikontrol secara benar. Sistem kontrol yang tangguh mampu meminimalisir uncertainty berwujud fluktuasi. Namun, jika mampu terintegrasi, selain memberi tambahan daya microgrid juga mengurangi tekanan pada generator, sistem distribusi, dan transmisi. Injeksi akan lebih stabil dan kontinuitas terjamin,” jelas Awan.
Pada disertasinya, Awan meneliti berbagai sumber renewable energy. Menurut pria asli Malang ini, potensi renewable energy ada di semua daerah, misalnya solar (cahaya matahari) dan angin. Ia berharap setiap pulau memiliki microgrid yang ditenagai renewable energy. “Memang skala microgrid kecil, paling cuma satu desa, tapi prospeknya bagus dan bisa diterapkan di daerah terpencil,” imbuhnya.
Kesadaran akan perlunya renewable energy semakin digemakan elemen masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) mulai membangun pembangkit bertenaga renewable energy, seperti pembangkit bertenaga angin di Sulawesi yang berkapasitas 75 Mega Watt. Solar cell juga semakin meluas. Menurut Awan, pemerintah perlu menciptakan standar kelayakan dan standardisasi, jika menimbang sebagian microgrid dan project sejenis dikerjakan secara mandiri.
Baca juga: Pikohidro ITN Malang Datang, Desa Gelang Jember Terang Benderang
Baca juga: Mahasiswa ITN Malang Manfaatkan Solar Cell Agar Pohon Buah Naga Lekas Berbunga
“Listrik dapat diperjual belikan, dalam artian ketika surplus kita bisa ekspor daya. Di microgrid ada baterai untuk penyimpanan. Secara teoritis, PLN bisa menerapkannya untuk menyimpan daya. Namun, baterai berkapasitas besar sejauh ini belum ada,” tutur Awan. Untuk itu, Awan menganggap ada banyak infrastruktur sistem yang perlu disiapkan.
“Saya harap, porsi renewable energy di Indonesia semakin meningkat. Pemanfaatan renewable energy akan mengurangi emisi penyebab global warming serta meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaannya,” tukas dosen Teknik Elektro tersebut. Sebagai informasi, ITN telah memasang beberapa pembangkit bertenaga air yaitu pikohidro dan microhidro di desa binaan Teknik Elektro S1 ITN Malang, tepatnya di daerah Jember. Tim PKM ITN Malang juga telah mengaplikasikan solar cell untuk membantu fotosintesis buah naga di salah satu perkebunan di Banyuwangi. (ata)
sangat bermanfaat, makasih