itnmalangnews.id – “Jangan bangga menari di atas genderang orang lain. Kita seolah memilih menjadi objek padahal punya kemampuan untuk ikut menjadi subjek,” seru Dr. Muhammad Dimyati, Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Riset dan Pengembangan (Risbang) RISTEKDIKTI, Sabtu (02/02). ‘Kebijakan Riset dan Pengembangan dalam Menapaki Era Revolusi Industri 4.0’ disampaikan dalam Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di Industri (SENIATI) 2019, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang di kampus II, Sabtu (02/02).
Menurut Dimyati, jumlah professor dan doktor di Indonesia terbilang cukup banyak meski belum memenuhi standar. Begitu pula dengan jumlah perguruan tinggi di Indonesia lebih banyak daripada Amerika atau Cina. Akan tetapi, masih kurang ada link and match antara penemuan-penemuan yang ada dengan industri sehingga tidak didapatkan solusi. “Sesekali kita harus melihat ke bumi dan jangan lupa membantu permasalahan di lingkungan kita. Grafik penelitian dan paten Indonesia melonjak relatif tinggi, tapi sampai sekarang Indonesia belum punya nation brand di bidang teknologi industri,” ujar Dimyati sebelum memaparkan permasalahan yang ada. Menurutnya Risbang di Indonesia terkendala dalam hal lembaga, manajemen, sumber daya, anggaran, relevansi, dan produktivitas.
“Kita terbiasa bertindak inefisien tanpa rasa bersalah. Sekarang saatnya mengubah mindset, meneliti setulus hati, dan bekerja secara kolaborasi. Jika terus begini-begini saja, kita hanya akan menjadi objek di tengah kemajuan era revolusi industri 4.0,” kata Dimyati. Tiga bidang sekarang yang berkembang masif adalah cyber-physical, Internet of Things (IoT), dan bioteknologi. Cyber–physical meliputi autonomus vehicle, printer 3 dimensi, dan robot. IoT ada dalam bigdata, Artificial Intelligence, dan mata uang digital. Sementara itu, bioteknologi diterapkan dalam bentuk edit DNA, sintesis biologi, dan neurosains baru.
Baca juga: 50 Tahun ITN Malang Siap Masuki Gerbang World Class University
Baca juga: Maudy Ayunda Ajak Generasi Milenial Kejar Mimpi dengan Terus Belajar
Era revolusi industri 4.0 adalah era bagi generasi milenial. Dimyati menghimbau kepada semua pihak untuk mendorong generasi milenial sesuai zaman mereka. “Didik anak-anak milenial dengan instrumen zaman mereka. Zaman mereka beda dengan zaman saat kita muda. Jangan sampai dosen salah menangani mahasiswa. Indonesia sedang mengalami bonus demografi, tentu generasi muda berperan besar,” pesannya. (ata)