Tim Bio Menir, PKM-RE Teknik Kimia S-1 ITN Malang. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Buah kemiri umumnya dimanfaatkan sebagai rempah-rempah atau diambil minyaknya untuk kesehatan rambut atau obat herbal. Tapi tahukah kalian, bahwa minyak kemiri juga bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif.
Seperti halnya yang dilakukan oleh lima mahasiswa Teknik Kimia S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Mereka mengolah limbah kemiri menjadi biodiesel. Proyek ini tertuang dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM RE) pendanaan 2023. Dengan judul “Potensi Limbah Menir Kemiri sebagai Salah Satu Bahan Bakar Alternatif”.
“Yang kami manfaatkan adalah limbah kemiri dari pemecahan gelondongan kemiri. Limbah ini tidak dimanfaatkan, padahal kalau diolah akan menghasilkan minyak kemiri yang bisa dijadikan bahan bakar alternatif,” kata ketua tim Veronica Putri Iswono (angkatan 2020).
Baca juga: Angkat Limbah Kemiri Sebagai Biodiesel Mahasiswa Teknik Kimia Raih Best Presentation
Bersama empat rekannya yakni, Natasya Geulla Shalomita (2020), Mardhiyah Aliyatus Sya`ni (2020), Adam Yonanda (2021), dan Fajril Istiqfar (2022), mereka menamai timnya Bio Menir. Nama ini identik dengan produk yang akan mereka olah. Bio yang berarti biodiesel dan Menir yang berarti menir kemiri. Tim Biomenir di bawah bimbingan dosen Ir. Rini Kartika Dewi., S.T., M.T.
Proses pembuatan biodiesel dari menir kemiri bisa dibilang cukup sulit. Pasalnya mereka mencoba memanfaatkan peralatan sederhana agar ekonomis.
Awalnya menir kemiri dipisahkan dari cangkangnya. Kemudian menir kemiri dihancurkan dan di press untuk mendapatkan minyak kemiri. Setelah itu minyak yang telah dihasilkan tadi diproses lagi melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi hingga menjadi biodiesel. Hasil biodiesel ini kemudian diuji analisa FFA, kadar gliserol, dan lain sebagainya sesuai dengan standar SNI yang ada.
Menurut Vero, selain produk utama biodiesel ternyata dalam prosesnya mereka juga menemukan potensi lain yang bisa diolah kembali seperti menjadi arang aktif, dan pelet. Sehingga, harapannya dari penelitian ini tidak menghasilkan limbah lain, atau zero waste.
“Seperti limbah ampas menir kemiri, dan cangkangnya ternyata bisa diolah kembali. Kami akan mencoba mengolahnya menjadi arang aktif, dan pelet,” jelasnya.
Baca juga: Elvianto Dwi Daryono Teliti Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit hingga jadi Doktor
PKM RE Biomenir sebenarnya memiliki success story tersendiri bagi Vero dan teman-temannya. Biomenir merupakan pengembangan dari Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) di Universitas Negeri Yogyakarta pada akhir tahun 2022 lalu. Dimana mereka mendapatkan best presentation. Setelah mengikuti lomba tersebut mereka mendapatkan berbagai saran, dan masukan dari juri agar penelitian mereka bisa dilanjutkan ke ajang PKM.
“Waktu itu kami juga dibimbing oleh Ibu Rini. Puji Tuhan akhirnya bisa sampai disini lolos mengikuti PKM RE dan didanai,” ungkap Vero penuh syukur.
Meskipun begitu proses Biomenir tak lepas dari tantangan. Mahasiswa teknik kimia ini mengalami kesulitan pada proses pengambilan minyak kemiri. Seperti telah disebutkan di atas bahwa mereka menggunakan alat sederhana, dan ekonomis. Sehingga beberapa kali alat yang mereka gunakan bengkok karena terkenanya tekanan yang lumayan besar. Hal ini membutuhkan lebih banyak waktu bagi Tim Biomenir untuk mendapatkan minyak kemiri.
“Untuk saat ini progress dari PKM kami sudah mencapai 75 persen. Kami tinggal melanjutkan 2 analisa, pembuatan artikel ilmiah dan uji coba. Semoga inovasi biodiesel kami kelak bisa diaplikasikan di Indonesia sehingga bisa membantu mengatasi permasalahan bahan bakar. Kami juga akan berupaya mendapatkan hak paten,” tandas Vero. Tim Biomenir berharap karyanya bisa lolos PIMNAS. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)