
itnmalangnews.id – Bagi Resimen Mahasiswa (Menwa), baret ungu menjadi kebanggaan tersendiri. “Ungu adalah keilmuan. Artinya, kita mempelajari ilmu keprajuritan tapi tetap memiliki kebanggaan sebagai mahasiswa,” jelas Malvin Deni Wijaya, siswa Menwa dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang . Oleh karena itu, baret ungu tidak bisa didapatkan secara mudah tanpa momentum tersendiri. Momen itu dinamakan Raid Baret, di sana ‘Raid’ menunjukkan sebuah penempuhan.
Peserta yang menempuh Raid Baret melakukan long march dari Pagak ke pantai Ngliyep dengan melewati 10 Check Point. Mobil bantuan disediakan di Check Point 3, 6, dan 9. Di Check Point 4 siswa mulai survival. Mereka menargetkan sampai di pantai Ngliyep pada hari Sabtu untuk membuat pertahanan, sedangkan pada malamnya mereka menjalani caraka malam. Jika dirangkum, aktivitas para siswa meliputi long march, problem jungle, pertahanan, penyamaran, gerakan perorangan, survival, dan jalan membaca peta tanpa kompas.
Agar siap melakukan aktivitas tersebut, peserta wajib membawa ransel tempur, ponci hijau, helm, dan penyamaran wajah. Siswa tidak diizinkan membawa makanan selain madu dan antangin karena ada materi survival. Mereka harus bertahan hidup dan mengonsumsi apa yang tersedia di alam. Namun, panitia tetap menyediakan makanan pada waktu-waktu tertentu.
Terkait faktor keselamatan, Menwa sudah berkoordinasi dengan Koramil Pagak dan puskesmas untuk menangani siswa yang sakit. “Tapi kalau cuma kaki melepuh biar ditangani di regu masing-masing, sekaligus meningkatkan kerja sama mereka. Kami harap setelah mendapatkan baret ungu, loyalitas tetap terjaga,” pungkas Malvin. (ata)