itnmalangnews.id – Peran Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang di Kampung Heritage Kayutangan terus berlanjut. Kali ini mereka membuat peta potensi heritage di Kayutangan sebagai pegangan wisatawan. Dalam membuatnya, Budi Fathony, ST, MT, dosen Arsitektur Kampus Biru turut melibatkan mahasiswa.
Budi Fathony, ST, MT, dosen Arsitektur ITN Malang di salah satu acara. (Foto: Yanuar/ Humas ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
Menurut Budi, keberadaan peta wisata berguna untuk menandai titik-titik potensial. Peta wisata Kayutangan sejauh ini terdiri atas 30 titik yang mencakup rumah, makam, dan lain-lain. Peta diletakkan di dekat pintu-pintu masuk Kayutangan, seperti di gang 4 dan 6. Pembuatan peta ditunjang dengan informasi dari masyarakat setempat. Dalam kurun waktu efektif seminggu di bulan Agustus 2019, peta wisata telah rampung.
“Di Kayutangan banyak rumah bernuansa heritage. Kami memotretnya lalu memperoleh informasi dibangun tahun berapa dan dihuni oleh siapa. Ada rumah kolonial, rumah seniman sutradara film, rumah seniman lukis Pak Yacob, rumah musik yang digunakan Ahmad Albar, dan sebagainya. Di sana pun ada makam tua Mbah Raden Honggo Kusumo,” jabar Budi.
Ada 4 RW yang bergabung dalam Kampung Heritage Kayutangan. Namun, untuk saat ini peta wisata baru meliputi tiga RW. “Baru buat peta RW 1, 9, dan 10. RW 2 baru saja bergabung,” ujar dosen yang juga merupakan alumni ITN Malang ini.
Baca juga: Miniatur Rumah Malangan ITN Malang di Oeklam-Oeklam Heritage Kajoetangan
Baca juga: Parkir Vertikal Alternatif Parkir di Kota Malang
Budi berharap supaya peta mampu memudahkan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Heritage Kayutangan. Saat ini Budi juga berstatus sebagai pembina Malang Raya Heritage. Sementara itu, lembaga Malang Raya Heritage diketuai oleh Juri Hermawan dari Malang Post.
Peran ITN Malang di Kayutangan bermula saat Budi diminta oleh RW 9 untuk melihat potensi kampung. Pada saat itu ia juga mengajak mahasiswa untuk kuliah lapangan sekitar Februari 2018 yang lalu. Budi yang juga aktif di bidang cagar budaya kemudian bersma-sama kepala dinas promosi kota dan komunitas heritage mengembangkan Kayutangan. Di sana pun dibentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang semakin intens mem-branding Kampung Kayutangan. (ata)